
SUKABUMI – Lama digeluti sebagai hobi, arung jeram berkembang menjadi wisata komersial sejak era sembilan puluhan. Berawal dari kenekatan segelintir pehobi, wisata pemicu adrenalin itu terus menggeliat. Operator-operator baru bermunculan. Mau tak mau, persaingan pun kian menajam. Agar bisa bertahan, dibutuhkan kejelian melihat animo pasar. Itu sebabnya, para operator membuat paket menarik untuk merayu konsumen. Yang pasti, wisatawan tak lagi sekadar menikmati ”galaknya” arus sungai yang sampai berbuih-buih itu.
Masyarakat di Sungai Citarik percaya , pernah ada seorang ibu yang sedang mencuci di sungai kehilangan anaknya karena dimakan ikan. Lokasi hilangnya anak tersebut kemudian dinamai Desa Cigelong (Ci = air, gelong = tertelan). Desa Cigelong saat ini menjadi meeting point dan start arung jeram yang diselenggarakan oleh operator Arus Liar, di Sukabumi Jawa Barat.
Masyarakat di seputar Citarik masih percaya bahwa pelaku kejahatan yang menyeberang Sungai Citarik pasti akan tertangkap. Mitos dan kepercayaan menjadi kekayaan batin penduduk di desa-desa sepanjang aliran Sungai Citarik.
Di sepanjang Sungai Citarik terdapat empat operator arung jeram. Pada mulanya hanya BJ’S di tempat ini. Lalu ada Arus Liar, Ardis dan Selaras. Dan pernah ada operator Citra tetapi kini sudah kolaps.
Arung jeram dewasa ini bukan lagi olahraga air yang asing bagi masyarakat. Sudah dikenal oleh pecinta alam sejak dekade 70-an. Pasalnya pada awalnya kegiatan arung jeram sempat bercitra buruk. Olahraga alam yang berisiko mencabut nyawa. Ini karena Citarum Rally yang menelan korban tujuh orang tewas pada tahun 1975.
”Waktu itu, reputasi arung jeram jadi sangat jelek. Musibah itu bisa terjadi karena banyak orang belum tahu arung jeram. Sama saja kita nggak bisa bawa motor terus disuruh ikut balap motor,” kenang Lody Korua, Direktur Utama PT Lintas Jeram Nusantara, pengelola Arus Liar, di Sungai Citarik, Sukabumi.
Lody yang bekerja bersama istrinya ini memulai usaha itu pada tahun 1995. Berawal dari hobi, kini usahanya berkembang pesat. Padahal dulu, tamu-tamu yang datang hanya segelintir pekerja asing di Indonesia. Kini, wisatawan lokal justru menjadi pasar utamanya.
Diungkapkan pula oleh surpervisor Arus Liar, Komarudin, pilihan Sungai Citarik ditempuh melalui survei panjang. Setelah dua tahun mengadakan survei yang dilakukan di banyak sungai, pilihan akhirnya jatuh pada sungai ini yang berhulu di Taman Nasional Gunung Halimun. Harapannya, debit sungai diperkirakan tidak terpengaruh di musim kemarau. Tetapi ternyata dalam satu tahun Arus Liar praktis hanya mampu beroperasi selama 8 bulan saja. Penebangan hutan menjadi salah satu faktor turunnya debit air di sepanjang Sungai Citarik.
Pada waktu Lody memulai kegiatannya, peralatan masih seadanya. Sekarang peralatan berkembang. Namun hingga saat ini mereka masih memesan peralatan dari luar negeri.
Paket Wisata
Arus Liar membagi jarak tempuh paket wisata arung jeram. Misalnya saja rafting sepanjang 13 kilometer dari meeting point menuju ke Desa Cikadu pelabuhan Ratu. Atau paket rafting yang dimulai dari Parakan Telu menuju ke Desa Citangkolo Kecamatan Cikidang sepanjang delapan kilometer. Dan paling pendek rute empat kilometer yang ditempuh selama satu jam.
Menyadari bahwa jualannya sangat terpengaruh oleh faktor alam, Lody Korua berimprovisasi mengembangkan jenis kegiatan lain. Pelanggan yang datang berulang, repeat customer, maka alternatif petualangan alam lain yang mereka pikirkan. Akhirnya diadakan fasilitas untuk kegiatan paintball (main perang-perangan seperti perang sungguhan), off-road (jalan-jalan di gunung naik jip), trekking (jalan-jalan di lereng gunung), berkemah, menginap di delta Citarik dalam rumah sederhana berbentuk saung, dan yang terakhir adalah fasilitas petualangan buat anak-anak.
Di tengah persaingan usaha yang cukup ketat, Arus Liar menyiasati dengan meningkatkan keamanan bagi tamu-tamu. Operator ini yang pertama memberlakukan kebijakan untuk tiap lima perahu didampingi satu perahu rescue. Mereka yang pertama melengkapi perahu rescue dengan tim medis. Antisipasi keadaan darurat dengan memelopori tim rescue darat menggunakan mobil off road. Kalau terjadi apa-apa, seperti mendadak banjir, evakuasi bisa dilakukan dengan lebih cepat.
0 comments:
Post a Comment